BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amputasi
dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau
manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh
atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi
infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan
sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis
bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan
produktifitas. Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi Tindakan
amputasi dapat dilakukan pada kondisi Fraktur multiple organ tubuh yang tidak
mungkin dapat diperbaiki, Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin
diperbaiki, Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat,Infeksi
yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya,Adanya tumor
pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif Deformitas organ.
Adanya
kecenderungan yang terus naik setiap tahunnya atas penderita kecacatan yang
mengalami amputasi di Indonesia Pada akhir tahun 2009 menunjukkan data
terjadinya kasus amputasi anggota gerak bawah kaki adalah sebesar 25% per
tahunnya, yang terbagi untuk amputasi kaki diatas lutut atau prothese jenis
above knee amputation (AKA) sebesar 18% dan amputasi dibawah lutut atau
prothese jenis below knee amputation (BAK) sebesar 7%. Sedangkan kejadian
amputasi pada anggota gerak atas (tangan) sebesar 15%, yang terbagi amputasi
dibawah siku tangan atau prothese jenis below elbow amputation (BEA) sebesar
10% dan amputasi diatas siku tangan atau prothese jenis above elbow amputation
(AEA) sebesar 5%.
Berdasarkan
data dari rekam medik RS Fatmawati jakarta di ruang Orthopedi periode Januari
2010 s/d Mei 2010 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel,
termasuk yang mengalami amputasi berjumlah 31 orang (5,59%).
Di
Sumatra utara selama periode bulan januari 2007 sampai 2009 telah datang kasus
patah tulang yang harus diamputasi ke RSUP HAM Medan. Jumlah 864 kasus dimana
463 (53,6%)kasus yang baru datang belum lewar satu minggu setelah kecelakaan.
401 (46,6%) kasus lagi datang ke RS lebih dari satu minggu setelah kecelakaan
semua golongan pada kelompok kasus yang
terlantar.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang asuhan keperawatan Tn. F dengan Post Op
Amputasi Atas Lutut Sinistra di Ruang RB 3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan.
1.2.2
Tujuan Khusus
Mampu
melakukan pengkajian asuhan keperawatan Tn. F dengan Post Op Amputasi Atas
Lutut Sinistra di Ruang RB 3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Mampu
merumuskan diagnosa klien dengan Post Op Amputasi Atas Lutut Sinistra di Ruang
RB 3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Mampu
melakukan tindakan atau menyusun rencana asuhan keperawatan dengan Post Op
Amputasi Atas Lutut Sinistra di Ruang RB 3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan.
Dapat
melakukan evaluasi asuhan keperawatan dengan Post Op Amputasi Atas Lutut
Sinistra di Ruang RB 3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.3 Ruang Lingkup Penulisan
Penulis
membatasi makalah ini pada satu kasus yaitu asuhan keperawatan dengan Post Op
Amputasi Atas Lutut Sinistra di Ruang RB 3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan tahun 2010 yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
1.4 Metode Penulisan
Metode
penulisan yang digunakan dalam penyusunan Makalah ini, penulis menggunakan
metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan asuhan keperawatan yang nyata
dan jelas dan dengan pendekatan studi kasus dengan cara :
1.
Observasi : Melakukan pengamatan terhadap penatalaksanaan proses keperawatan
dan pencatatan yang sistematis
2. Wawancara
: Dengan cara Tanya jawab langsung dengan klien, Orang tua klien, perawat,
untuk mendapat informasi tentang penyakit dan masalah yang dihadapi klien
3. Studi
Kepustakaan : Yaitu dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku tentang
hepatitis dan mencari artikel dari internet yang berhubungan dengan Makalah
ini.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapaun
manfaat dari penulisan Makalah ini adalah :
1.
Agar penulis mendapatkan gambaran dan menambah wawasan pengetahuan asuhan
keperawatan dengan Post Op Amputasi Atas Lutut Sinistra di Ruang RB 3 Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
2. Untuk
perawat, agar perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat menerapkan
asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op Amputasi Atas Lutut Sinistra di
Ruang RB 3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
3. Untuk
pasien hepatitis, menambah pengetahuan pasien tentang pencegahan
penatalaksanaan dan penanggulangan penyakit
4. Untuk
Rumah Sakit, sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan
standard operasional prosedur pelaksanaan penanggulangan penyakit hepatitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan
Medis
2.1.1 Defenisi
Amputasi
adalah pembuangan suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan
Amputasi
adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatic
Amputasi
adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.
2.1.2
Klasifikasi Amputasi :
a.
Berdasarkan Ekstremitas :
Amputasi
ektremitas bawah : Amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi lutut, Amputasi
Bawah Lutut (BL), dan Syne.
Amputasi
ekstremitas atas : Amputasi Atas Siku (AS), Amputasi Bawah Siku (BS)
b. Berdasarkan
sifat :
1. Amputasi terbuka : dilakukan untuk infeksi
berat, ini meliputi pemotongan tulang dan jaringan otot pada tingkat yang sama.
Pembuluh darah dikauterisasi, dan luka dibiarkan terbuka untuk mengalir.
2. Amputasi tertutup : menutup luka dengan flap
kulit yang dibuat dengan memotong tulang kira-kira dua inchi lebih pendek
daripada kulit dan otot
2.1.3 Anatomi
Fisiologi
Anatomi
Gambar :
Anggota gerak pada ekstremitas bawah
Tulang
sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya
struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf.
Lapisan dibawah periosteum mengikat
tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang
disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut
tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang
disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang disebut
Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae,
ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit)
dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian
terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan
saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang
mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang.
Lapisan
tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya terdapat
Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat
sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang
membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu
bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis
dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses
fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).
b.
Fisiologi
Tulang
terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast
merupakan sel pembentuk tulang yang
berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks.
Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur
tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel
tulang ini diikat oleh elemen-elemen
ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen,
protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi
sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara
tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium
organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400
ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang.
Tulang
Panjang Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar
dan sering menahan beban berat.
Tulang
panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula
tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan
mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung
tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin.
Diafisis
adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang.
Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan
diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan
penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis
Fungsi Tulang
1)
Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2)
Tempat melekatnya otot.
3)
Melindungi organ penting.
4)
Tempat pembuatan sel darah.
5)
Tempat penyimpanan garam mineral.
2.1.4 Web Of
Caution (WOC)
2.1.5 Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital.
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenital.
2.1.6
Manifestasi klinis
Adapun
pengaruhnya meliputi :
1. Kecepatan metabolisme
Jika
seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya
penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini
menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada
bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan
sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan
rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga
terjadi peningkatan diuresis.
3. Sistem respirasi
a.
Penurunan kapasitas paru
Pada
klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot
intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi
maksimal dan ekspirasi paksa.
b.
Perubahan perfusi setempat
Dalam
posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio
ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi
peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
c.
Mekanisme batuk tidak efektif
Akibat
immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga
sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu
gerakan siliaris normal.
4.
Sistem Kardiovaskuler
a. Peningkatan
denyut nadi
Terjadi
sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme
pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan
immobilisasi.
b.
Penurunan cardiac reserve
Dibawah
pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu
pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
c.
Orthostatik Hipotensi
Pada
keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan
venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada
vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume
darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak
cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien
merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.
5. Sistem Muskuloskeletal
a.
Penurunan kekuatan otot
Dengan
adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan
nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa
metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
b.
Atropi otot
Karena
adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi
persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
c.
Kontraktur sendi
Kombinasi
dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.
d.
Osteoporosis
Terjadi
penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
6. Sistem Pencernaan
a.
Anoreksia
Akibat
penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori
yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.
b.
Konstipasi
Meningkatnya
jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi
kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces
lebih keras dan orang sulit buang air besar.
7. Sistem perkemihan
Dalam
kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis
renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :
-
Akumulasi endapan urine di renal pelvis
akan mudah membentuk batu ginjal.
-
Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan
dapat menyebabkan ISK.
8. Sistem integumen
Tirah
baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke
jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan
normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan
suplai darah.
2.1.6
Komplikasi
Komplikasi
amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada pembuluh
darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan
infeksi pada semua pembedahan ; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi
luka setelah amputasi traumatic, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka
yang buruk dan iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.
2.1.7
Penatalaksanaan
Amputasi
dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.
Ada
2 cara perawatan post amputasi yaitu :
1. Rigid dressing
Yaitu
dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada
waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau
tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan
sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta
tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema,
mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
Setelah
pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi
setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu,
setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing
ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita,
tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan
kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid
dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi
atau bila ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau
sistemik.
2. Soft dressing
Yaitu
bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril
yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus
diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi
pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur,
melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan
menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut
setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien
diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan.
Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas
lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal
ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
2.2 Tinjauan
Keperawatan
2.2.1
Pengkajian
a.
Aktivitas Istirahat
Gejala
: Keterbatasan aktual/ antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/ amputasi
b.
Integritas ego
Gejala
: Masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi
orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya.
Tanda
: Ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri, keceriaan semu.
c.
Seksualitas
Gejala
: Masalah tentang keintiman
d.
Interaksi sosial
Gejala
: Masalah sehubungan dengan penyakit/ kondisi, Masalah tentang peran fungsi,
reaksi orang lain.
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat
dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual ataupun potensial.
Adapun diagnosa keperawatan menurut
(Marilynn E Doeges) adalah sebagai berikut :
1. Gangguan harga diri/ citra
diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan factor bio fisikal ;
kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/
reaksi orang lain.
2. Nyeri, (akut) berhubungan
dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak psikologi terhadap
kehilangan bagian tubuh.
3. Perfusi jaringan, perubahan
; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/ arterial ; edema
jaringan, pembentukan hematoma.
4. Infeksi, resiko tinggi
terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek, jaringan traumatik)
prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan status
nutrisi.
5. Mobilitas fisik, kerusakan
berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama ekstremitas bawah) ; nyeri/
ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan rasa keseimbangan.
6. Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi.
2.2.3
Perencanaan/ Pelaksanaan/ Evaluasi
Diagnosa
Keperawatan I :
Gangguan
harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan faktor
bio fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut
penolakan/ reaksi orang lain.
Tujuan
: Menerima situasi dengan realistis
Kriteria
hasil : Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat
tanpa harga diri negative.
Perencanaan/
Penatalaksanaan :
a.
Beri penguatan informasi pasca operasi termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe
prospese bila tepat ( segera, lambat), harapan tindakan pasca operasi, termasuk
control nyeri dan rehabilitasi
Rasional
:
Memberikan
kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan mulai menerima
perubahan gambaran diri dan fungsi, yang dapat membantu penyembuhan.
b.
Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan
bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/ peran fungsi yang biasanya.
Rasional
:
Membantu
mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu
pemecahan masalah. Sebagai contoh, takut kehilangan kemandirian, kemampuan
bekerja dan sebagainya.
c.
Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Berikan kesempatan untuk
memandang/ merawat puntung menggunakan waktu untuk menunjukan tanda positif
penyembuhan.
Rasional
:
Meningkatkan
kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri. Meskipun penyatuan puntung
dalam gambaran diri dapat memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
melihat puntung dan mendengar pernyataan positif ( dibuat dengan cara, waktu
yang normal).
d.
Dorong/berikan kunjungan orang-orang yang telah diamputasi, khususnya seorang
yang telah diamputasi.
Rasional
:
Teman
senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan
dapat juga memberikan pernyataan juuga harapan untukpemulihan dan masa depan
normal.
Evaluasi
:
Dukung
penilaian psikologis dan fisiologi
Diagnosa
Keperawatan II :
Nyeri,
(akut) berhubungan dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak
psikologi terhadap kehilangan bagian tubuh
Tujuan
:
Nyeri
hilang/terkontrol
Kriteria
hasil :
Menyatakan
nyeri hilang/terkontrol
Tampak
rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Perencanaan/Pelaksanaan
:
a.
Catat lokasi dan intesitas nyeri (skala 0-10) selidiki perubahan karakteristik
nyeri, contoh kebas, kesemutan.
Rasional
:
Membantu
dalam evaluasi kebutuhan dan keektifan intervensi. Perubahan dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi , contoh nekrosis/infeksititif.
b.
Tinggikan bagian yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur atau
menggunakan bantal/guling untuk amputasi tungkai atas.
Rasional
:
Mengurangi
terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena, menurunkan kelelahan
otot dan tekanan kulit/jaringan.
c.
Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan punggung) dan
aktivitas teraupetik.dorong penggunaan teknik manajemen stress (contoh latihan
nafas dalam, visualisasi, pedoman khayalan) dan sentuhan teraupetik.
Rasional
:
Mengfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan kemampuan koping
dan dapat menurunkan terjadinya nyeri fantom tungkai.
d.
Berikan pijatan lembutan pada puntung sesuai toleransi bila balutan telah
dilepas.
Rasional
:
Meningkatkan
sirkulasi, menurunkan tegangan otot.
e.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh analgesic, relaksan otot, intruksi pada
APD.
Rasional
:
Menurunkan
nyeri/spasme otot.catatan: APD menentukan obat tepat waktu yang mencegah
feluktuasi nyeri sehubungan denga tegangan/spasme.
Evaluasi
:
Hilangkan
rasa nyeri.
Diagnosa
Keperwatan III :
Perfusi
jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah
vena/ arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma.
Tujuan
:
Komplikasi
tercegah atau minimal
Kriteria
hasil :
Mempertahankan
perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan nadi perifer teraba dan kulit
hangat/ kering.
Perencanaan
/ Pelaksanaan :
a.
Lakukan pengkajian neuro vaskuler periodic, contoh sensasi, gerakan, nadi,
warna kulit dan suhu.
Rasional
:
Edema
jaringan pasca operasi pembentukan hematoma, atau balutan terlalu ketat dapat
mengganggu sirkulasi pada puntung, mengakibatkan nekrosis jaringan.
b.
berikan tekanan langsung pada sisi pendarahan, bila terjadi pendaran. Hubungi
dokter dengan segera.
Rasional
:
Tekanan
langsung pada pendarahan dapt diteruskan dengan penggunaan balutan serat
pengaman dengan balutan elastis bila pendarahan terkontrol.
c.
Evaluasi tungkai bawah yang tak dioperasi untuk adnya inflamasi, tanda human
positif.
Rasional
:
Peningkatan
insiden pembentukan thrombus pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer
sebelumnya/ perubahan diabetic.
d.
Berikan cairan IV / produk darah sesuai indikasi
Rasional
:
Mempertahankan
volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan
Evaluasi
:
Tidak
terjadinya komplikasi.
Diagnosa
Keperawatan IV :
Infeksi,
resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek,
jaringan traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit
kronis, perubahan status nutrisi.
Tujuan
:
Mobilitas/
fungsi ditingkatkan kembali atau dikompensasi.
Kriteria
hasil :
Mencapai
penyembuhan tepat pada waktunya, bebas drainase purulen atau eritema ; dan
tidak demam.
Menunjukkan
keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
Perancanaan/
Pelaksanaan :
a.
pertahankan teknik antiseptic bila mengganti balutan/ merawat luka.
Rasional
:
Meminimalkan
kesempatan introduksi bakteri
b.
Infeksi balutan dan luka, perhatikan karateristik drainase.
Rasional
:
Deteksi
dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan
mencegah kuomplikasi lebih serius (contoh, osteomielitis)
c.
Pertahankan potensi dan pengosongan alat drainase secara rutin.
Rasional
:
Hemovac,
drain jakson-pratt membantu membuang drainase, meningkatkan penyebuhan luka dan
mnurunkan resiko infeksi.
d.
Tutup balutan dengan plastic bila menggunakan pispot atau bila inkontinensia
Rasional
:
Mencegah
kontaminasi pada amputasi tungkai bawah
e.
Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional
:
Antibiotic
spectrum luas dapat digunakan secara profilaktif atau terapi antibiotic mungkin
disesuaikan terhadap organisme khusus.
Evaluasi
:
Meningkatkan
mobilitas/kemampuan fungsi.
Diagnosa
Keperawatan V :
Mobilitas
fisik, kerusakan berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama ekstremitas
bawah) ; nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan rasa
keseimbangan.
Tujuan
:
Mempertahankan
posisi fungsi.
Kriteria
hasil :
Menunjukkan
teknik atau prilaku yang memampukan tindakan aktivitas.
Menyatakan
pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan.
Perancanaan
/Pelaksanaan :
a.
Bantu latihan rentang gerak khusus untuk area yang sakit dan yang tak sakit
mulai secara dini pada tahap pasca operasi.
Rasional
:
Mencegah
kontraktur, perubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat
memperlambat penggunaan prostese.
b.
Dorong latihan aktif/ isometric untuk paha atas dan lengan atas.
Rasional
:
Meningkatkan
kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ ambulasi.
c.
intruksikan pasien untuk berbaring dengan posisi tengkurap sesuai toleransi
sedikitnya dua kali sehari dengan bantal dibawah abdomen dan puntung
ekstremitas bawah.
Rasional
:
Menguatkan
otot ekstensor dan mencegah kontrakrur fleksi pada panggul
d.
Berikan gulungan untuk paha sesuai indikasi
Rasional
:
Mencegah
rotasi eksternal puntung tungkai bawah
e.
Tunjukkan atau Bantu teknik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas, contoh
trapeze, kruk atau walker.
Rasional
:
Membantu
perawatan diri dan kemandirian pasien. Teknik pemindahan yang dapat mencegah
cedera abrasi dari kulit karena lari cepat.
Evaluasi
:
memberikan
teknik atau prilaku yang memampukan tindakan aktivitas
Diagnosa
Keperawatan VI :
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi
informasi.
Tujuan
:
Prosedur
bedah, prognosis, dan program terapetik dipahami.
Kriteria
hasil :
Melakukan
dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alas an tindakan.
Menyatakan
pemahaman kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.
Perencanaan
/pelaksanaan :
a.
Intruksikan perawatan balutan/luka, inspeksi puntung menggunakan cermin untuk
semua semua area, pijat kulit, dan tutup puntung dengan tepat.
Rasional
:
Meningkatkan
perawatan diri kompeten ; membantu penyembuhan dan pemasangan prostese dan
menurunkan potensial untuk komplikasi.
b.
Tunjukkan perawatan alat prostesi. Tekankan pentingnya pemeliharaan rutin/
pemasangan ulang periodic.
Rasional
:
Dorong
pemasangan tepat, menurunkan resiko komplikasi dan memperpanjang hidup
prostese.
c.
tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat.
Rasional
:
Memenuhi
kebutuhan nutrient untuk regerasi jaringan/ penyembuhan, membantu dalam
mempertahankan volume sirkulasi dan fungsi organ normal, dan mempertahankan
berat tepat (berat badan mengubah pengaruh pemasangan prostese).
d.
Anjurkan penghentian merokok.
Rasional
:
Merokok
berpotansi untuk vasokonstriksi verifier, gangguan sirkulasi juga oksigenasi
jaringan.
Evaluasi
:
Memberikan
informasi tentang prosedur bedah atau prognosis dan kebutuhan pengobatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
Nama : Tn.
F
Tanggal lahir : 20
Maret 1995
Jenis kelamin : Laki-laki
Klien ke : 1
dari 2 bersaudara
Umur
: 15 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Batak-Indonesia
Tanggal masuk : 23
Nonvember 2010
No RM : 00.45.26.40
Alamat : Rantau Prapat
Ruang rawat : Ruang
RB 3 kamar 1 RSUP HAM
Identitas
Orang Tua/Penanggung jawab
Nama
: Tn. B
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan : Pegawai
negri
Suku bangsa : Batak-Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Rantau Prapat
3.1.2 Alasan Masuk
Ke Rumah Sakit.
Kaki kiri
sulit digerakkan hal ini dialami klien sejak tiga hari ini, sebelum masuk rumah
sakit awalnya klien mengalami kecelakaan lalu lintas, riwayat trauma tidak
jelas, riwayat muntah (-), pingsan (-).
3.1.3
Riwayat Kesehatan
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Riwayat
kesehatan sekarang, klien sedang menjalani perawatan post operasi amputasi yang
dilakukan pada tanggal 24 November 2010. klien merasakan nyeri pada kaki kiri
diatas lutut tepat pada lokasi yang diamputasi, nyerinya timbul sering sehingga
mengganggu ketenangan klien.
b. Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
Riwayat
kesehatan masa lalu, klien tidak pernah mengalami penyakit yang serius seperti
asma, dan penyakit menular lainnya, klien tidak pernah di rawat di rumah sakit.
3.1.4
Genogram
3.1.5
kebiasaan Sehari-hari.
A. Biologis
1. Nutrisi
a.
Sebelum masuk rumah sakit
Sebelum masuk
rumah sakit pola makan klien 3 x sehari,
makanan yang di sukai adalah nasi goreng dan klien tidak mempunyai pantangan
makanan.
b.
Sesudah masuk Rumah Sakit
Pola makan
klien 3 x sehari, nafsu makan menurun,klien hanya makan ¾ dari satu porsi yang di sajikan
2. Minum
a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien minum 5-6
gelas perhari dengan jumlah 1500-2000 cc/hari, dengan jenis air putih, minuman
yang disukai adalah teh manis.
b.
Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien minum 3-4 gelas perhari dengan jumlah ±
1500 cc/hari, dengan jenis air putih.
3. Tidur
a.
Sebelum masuk Rumah Sakit
klien jarang
tidur siang, tidur malam 6-7 jam/hari, tidak ada kesulitan untuk tidur
b.
Sesudah masuk Rumah Sakit
klien tidur
siang 1-2 jam/hari, tidur malam 4 - 5 jam/hari dan klien mengalami kesulitan
waktu tidur akibat nyeri pada kaki kiri dan cara mengatasinya dengan minum obat
dan mengubah posisi menyandar (semi fowler)
4.
Eliminasi (BAK DAN BAB)
BAK
a.
Sebelum masuk ke Rumah Sakit
frekuensi BAK
klien adalah 5-6 x/hari dengan jumlah urine ± 1200 cc/hari, warna kuning jernih
tidak ada kelainan dan baunya khas.
b.
Sesudah masuk Rumah Sakit
frekuensi BAK
klien 4 - 5x/hari dengan jumlah urine ± 1200-1300 cc/hari, warna kuning jernih tidak ada
kelainan dan baunya khas.
BAB
a.
Sebelum masuk ke Rumah Sakit, frekuensi BAB klien 1 x/hari dengan warna
kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi
lembek dan tidak ada kelainan.
b.
Sesudah masuk ke RS, frekuensi BAB klien adalah 2x sehari, warna kuning
kecoklatan, bau khas dengan konsistensi lembek. Tidak ada kelainan dan bau khas
5.
Aktivitas
Dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari, seluruh kebutuhan klien dibantu oleh
keluarga dan perawat, hal ini dikarenakan terputusnya kontinuitas jaringan kaki
kirinya yang diamputasi.
6. Personal Hygiene
a.
Sebelum masuk ke Rumah Sakit
klien mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x
sehari, cuci rambut 3 x/minggu, potong
kuku 1x/minggu
b.
Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien mandi hanya di lap 1x sehari, gosok gigi
1x/hari, cuci rambut 1x/minggu, potong
kuku 1x/minggu
Klien
tidak ada mengalami kesulitan dalam personal hygiene
7. Rekreasi
Klien
sering menonton TV dan mendengarkan
musik, klien jarang berolah raga karena klien beranggapan bahwa pekerjaanya
sudah menyerupai olah raga dan klien jika ada kesempatan pergi ke tempat
hiburan
B.
Psikologis
-
Persepsi klien, klien percaya penyakitnya akan segera sembuh
-
Konsep Diri, Klien menerima keadaannya dan kondisinya sekarang.
-
Emosi, kondisi emosi klen stabil, mampu mem
-
Adaptasi, klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di rumah
sakit
- Mekanisma
Pertahan Diri, Klien berdoa kepada ALLAH SWT agar penyakit yang dideritanya cepat sembuh
C.
Sosial
Hubungan
klien dengan keluarga harmonis, setiap saat orang tua dan saudara kandungnya
menjaganya di rumah sakit, dalam kesehariannya. Dalam klien memperhatikan pada saat berbicara
dengan lawan bicaranya (koheren). Dalam kesehariannya klien menggunakan bahasa
daerah (batak)
D.
Spiritual
Selama sakit klien
jarang beribadah, hal ini disebabkan keterbatasan gerak klien, dan klien yakin
bahwa dirinya akan segera sembuh.
3.1.6
Pemeriksaan Fisik
A. Tanda-Tanda
Vital.
1. Keadaan
Umum Klien : Klien tampak lemah
dan pucat
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Suhu Tubuh : 37 ºC
4. Tekanan
Darah : 130/80 mmHg
5. Nadi/Denyut
Jantung : 82 x/i
6. Pernafasan : 22 x/i
(
√ ) Normal ( ) Dangkal
7. Tinggi
Badan/Berat Badan : 163 cm/50 kg.
8. Penampilan : Klien tampak lemas dan kurang rapi.
Ciri-Ciri Tubuh : Klien
berbadan kurus tinggi
B. Pemeriksaan
Head To Toe
1.
Kepala
Kepala
berbentuk bulat, ukurannya normal, posisinya Simetris dan kulit kepala beersih
tidak ada ketombe
2.
Rambut
Klien berambut lurus pendek, hitam dan rambut
kurang tetata rapi
3.
Mata/ Penglihatan
Posisi
bola mata simetris, fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca dengan jarak
30 cm, pupil normal, refleks cahaya baik dan klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
4.Hidung
/Penciuman
Bentuk dan posisi hidung simetris, Sekret
tidak ada, fungsi penciuman bagus, dapat membedakan bau obat dan balsam , tidak terdapat perdarahan dan
peradangan mukosa dan klien tidak menggunakan alat Bantu penciuman
5.
Telinga/Pendengaran
Bentuk
dan posisi telinga simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen atau
cairan apapun, tidak terdapat perdarahan dan peradangan pada telinga klien dan
klien tidak mengunakan alata bantu
pendengaran.
6.
Mulut
Rongga
mulut bersih, bentuk bibir simetris,
tidak ada bau, kebersihan gigi baik tidak terdapat cries pada gigi klien,
peradangan pada tonsil tidak ada, fungsi
pengecapan kurang baik, mulut klien terasa pahit.
7. Leher
Bentuk leher simetris, tidak terdapat
pembengkakan kelenjar getah bening maupun tiroid, tekanan vena jugularis 16 cm
H2O
8.
Neurosensori
No
|
Nervus
|
Nama saraf
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Nervus I
Nervus II
Nervus III
Nervus IV
Nervus V
Nervus VI
Nervus VII
Nervus VIII
Nervus IX
Nervus X
Nervus XI
Nervus XII
|
Olfaktorius
Optikus
Okulomotorius
Troklearis
Trigeminus
Nervus oftalmikus
Nervus Maxilaris
Nervus Mandibularis
Abdusen
Fasialis
Auditoris
Glasofarigeus
Vagus
Asesorius
Hipoglosus
|
(+)Baik,
Dapat Membedakan Bau Dan Aroma
(+)baik,
tidak ada kelainan
(+)Baik,
Dapat Menggerakkan Bola Mata
(+)Baik,
dapat menggerakkan kelopak mata
(+)Baik,
dapat menggerakkan kelopak mata atas
(+)Baik,
dapat mengangkat rahang atas, palatum
(+)Baik,
dapat mengangkat rahang bawah dan lidah
(+)Baik,
dalam menggoyangkan sisi mata
(+)Baik,
dalam menggerakkan lidah dan rongga mulut
(-)Kurang
baik, dalam rangsangan pendengaran
(-)Rangsangan
cita rasa kurang baik, lidah, terasa pahit
(+)Baik,
faring, laring, paru-paru dan esofagus
(+)Baik,
dalam menggerakkan leher
(+) Kurang
Baik, dalam rangsangan atau rasa, lidah terasa pahit
|
9. Thorax dan
fungsi pernafasan
Bentuk thorax simetris, frekuensi 22x/I, bunyi
nafas vesikuler, irama teratur
(regular), tidak ditemukan adanya sputum
10.Jantung
Tidak adanya
pembesaran jantung, tidak terdapat sianosis dan nyeri dada, bunyi jantung
normal tidak ada bunyi jantung tambahan, Capila Refill 1 x/i
11. Abdomen
Turgor kulit
baik, jika diambil elastis, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran hepar dan limfe, peristaltik usus
20x/i
12.Reproduksi/alat
kelamin
Tidak ada
kelainan, tidak ada pembesaran/pembengkakan didaerah penis. Dan tidk terpasang
kateter.
13.Ekstremitas
Pada
ekstremitas bawah luka post amputasi atas lutut sebelah kiri yang menyebabkan
klien kesakitan skala nyeri 5 sedang, dan disekitar luka terjadi odema.
3.1.7
Pemeriksaan Penunjang
A. Diagnosa Medis : Above Knee Amputasi
B. Pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal : 24 November 2010
Pemeriksaan
Darah Rutin
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Normal
|
Hemoglobin
|
6,10 gr/dL
|
13-16 gr/dL
|
Eritrosit
|
2,40 /mm3
|
4,5-6,5
juta/mm3
|
Leukosit
|
3,00/mm3
|
4000-10000/mm3
|
Ht
|
18.60 %
|
37-47 %
|
tombosit
|
119 mg/dL
|
£
200
|
MCV
|
77.50 fL
|
82 – 92 fL
|
MCH
|
25,40 pg
|
27 – 31 pg
|
MCHC
|
32,80 g%
|
32 – 36 g/dl
|
Limfosit
|
17,70 %
|
20,0 – 40,0
|
Monosit
|
1,00 %
|
2,0 – 8,0
|
Eosinofil
|
0,30 %
|
1,0 – 3,0
|
basofil
|
0,000%
|
0,0 – 1,0%
|
3.1.9 Therapi
Tanggal : 24,
25 dan 26 November 2010
IVFD RL/ NaCl
0.9%/ dekstro 5% : 20 tts/i
Ceftriaxon :
1 gr / 12 jam
Gentamisin 80
mg/ 12 jam
Ketorolak 30
mg/12 jam
Ranitidin 50
mg/ 12 jam
Transfusi 2
bag/ hari selama 2 hari
Diet MB
3.2 Analisa
Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
Data subjek:
Klien
mengatakan nyeri pada kaki kiri (puntungnya)
Data objek:
Klien tampak
meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5(sedang)
TD; 130/80 mmHg, HR: 82 x/i, RR: 22 x/i
|
Penekanan
pembuluh saraf
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri
|
2
|
Data subjek:
Klien
mengatakan tidak dapat berjalan dan kehilangan kaki kirinya dan tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari
Data objek:
-
Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i
- Ada
perban elastis dikaki kiri klien
- Kaki
kirinya sudah diamputasi
-
Seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat (skala otot 2 pada
ekstremitas kanan bawah)
|
Terputusnya
kontiniunitas jaringan
|
Gangguan
mobilitas fisik
|
3
|
Data subjek:
Klien
mengatakan kurang mengerti tentang penyakitnya
Data objek:
Klien tampak
bingung, dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya
|
Salah
interpretasi informasi
|
Kurang
pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
|
3.3
Prioritas Diagnosa keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di
tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5
(sedang)
2.
Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di
tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban
elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas
klien di bantu oleh keluarga dan perawat.
3.
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang
mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering
bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
Nama : Tn. F
Umur : 15 tahun
Diagnosa: Post
Op Amputasi Atas Lutut Sinistra
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan kriteria
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
ber hubungan dengan Penekanan pembuluh saraf di tandai dengan Klien tampak
meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang)
|
Tujuan:
- Menyatakan nyeri
hilang Rasa nyaman nyeri terpenuhi
Kriteria Hasil :
- menunjukkan
tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan
tepat
- menunjukkan
penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi
untuk situasi individual
|
- Tinggikan dan
dukung ekstremitas yang terkena
- Evaluasi keluhan
nyeri/ketidak nyamanan
- Dorong klien untuk
mendiskusikan masalah dengan cedera
- Berikan obat sesuai
dengan indikasi ; antibiotic dan analgesik non narkotik
|
- meningkatkan
aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
- mempengaruhi
pilihan/pengawasan keefektifan intervensie
- membantu
menghilangkan ansietas, klein dapat merasakan kebutuhan untuk menghilangkan
pengalaman kecelakaan
- Diberikan untuk
menurunkan nyeri atau spasme otot
|
2
|
Gangguan mobilitas fisik
berhungan dengan kerusakan rangka
neuromuskular ditandai dengan
Seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat Terpasang
infus dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/I,
|
Tujuan :
-
Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Kriteria :
-
Memepertahankan posisi fungsional.
- Meningkatkan
kekeuatan/ fungsi yang sakit dan mengkompensasi
- Menunjukan
teknik yang memampukan aktivitas
|
- Kaji derajat
imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatikan persepsi
klien terhadap imobilitas
- Intruksikan klien
untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif pada ekstremitas yang sakit dan
yang tidak sakit
- Bantu / dorong
peran diri/ kebersihan (contoh :mandi, mencukur)
- Beri bantu dalam
mobillitas dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin
- Awasi TD dengan
melakukan aktifitas
|
- Klien mungkin
dibatasi oleh pandangan diri/ persepsi diri tentang keterbatasan fisik
aktual, memerlukan informasi/ intervensi untuk meningkatkan kemajuan
kesehatan
- Meningkatkan
aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
memepertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/ atrofi dan reabsorbsi
kalsium karena tidak di gunakan
- Meningkatkan
kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol klien dalam situasi dan
meningkatkan kesehatan diri langsung
- Mobilisasi dini
menurunkan komlikasi tira baringa(flebitis)dan meningkatkan penyembuhan dan
nomalisasi fungsi organ
- Hipotensi posturak
adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan
intervensi khusus.
|
3
|
Kurang pengetahuan tentang
kondisi prognosis dan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit
yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit
yang dideritanya.
|
Tujuan :
- Menyatakan
pemahaman kondisi, dan pengobatan.
Kriteria :
Melakukan dengan benar
prosedur yang di lakukan dan menjelaskan alasan tindakan.
|
- Beri penguatan
metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapi fisik bila
diindikasikan
- Buat daftar
aktivitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang memerlukan
bantuan
- Identifikasi
tersedianya sumber pelayanan di masyarakat
|
- Banyak amputasi
memerlukan pergantian perban selama proses penyembuhan
- penyusunan
aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan bantuan
- memeberi bantuan
untuk memudahkan perawatan diri dan mendukung kemandirian
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah
penulis merencanakan dan melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Tn. F Dengan Post
Op Amputasi ; Atas Lutut Sinistra Ruang Rindu B-3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan yang dimulai tanggal 25-27 November 2010, maka dalam BAB ini
penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teoritis dan kasus.
Pembahasan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan yang dimulai dari tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi.
4.1
Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahap
awal dan merupakan landasan asuhan keperawatan untuk menimbulkan/menemukan data
yang merupakan sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan keperawatan yang
diberikan.
Pengkajian yang penulis lakukan pada
Tn. F mulai tanggal 25-27 November 2010, selama tahap pengkajian penulis tidak
mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data, karena klien dalam tingkat kesadaran
yang baik dan tidak ada gangguan bicara. Selain itu, penulis juga mendapatkan
informasi dari keluarga dan perawat yang
memberikan respon baik dan aktif dalam mememberikan informasi.
Dalam pengkajian penulis menemukan
kesenjangan antara teori dan kasus yaitu :
1.
Aktivitas/istirahat
Antara
teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan karena data yang ada pada
teoritis ada juga pada kasus yaitu keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian
yang terkena.
2.
Integritas Ego.
Antara
teori dan kasus ditemukan adanya kesenjangan karena data yang ada pada
teoritis yaitu Ansietas, ketakutan,
peka, marah, menarik diri, keceriaan semu.. Sedangkan pada kasus tidak terjadi
hal-hal demikian karena klien menerima keadaannya.
3.
Seksualitas
Antara
teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan karena data yang ada pada
teoritis ada juga pada kasus yaitu Masalah tentang keintiman.
4.
Integritas Sosial.
Antara
teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan karena data yang ada pada
teoritis ada juga pada kasus yaitu Masalah sehubungan dengan penyakit/ kondisi,
Masalah tentang peran fungsi.
4.2
Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang
terdapat pada tinjauan teoritis terdiri dari 6 diagnosa, yaitu :
1.
Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan
factor bio fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ;
takut penolakan/ reaksi orang lain.
2.
Nyeri, (akut) berhubungan dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak
psikologi terhadap kehilangan bagian tubuh.
3.
Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran
darah vena/ arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma.
4. Infeksi,
resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek,
jaringan traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit
kronis, perubahan status nutrisi.
5.
Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama
ekstremitas bawah) ; nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan
rasa keseimbangan.
6.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah
interpretasi informasi.
Sedangkan
Diagnosa Keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus yaitu :
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di
tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5
(sedang)
2.
Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di
tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban
elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas
klien di bantu oleh keluarga dan perawat.
3.
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien
mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak
bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
Adapun
diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori dan juga terdapat pada kasus
yaitu:
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di
tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5
(sedang)
2.
Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di
tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban
elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas
klien di bantu oleh keluarga dan perawat.
3.
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien
mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak
bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
Adapun
Diagnosa Keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis tetapi tidak terdapat
pada tinjauan kasus yaitu :
1. Gangguan harga diri/ citra
diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan factor bio fisikal ;
kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/
reaksi orang lain.
2. Perfusi jaringan, perubahan
; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/ arterial ; edema
jaringan, pembentukan hematoma.
3. Infeksi, resiko tinggi
terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek, jaringan traumatik)
prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan status
nutrisi.
4.3
Perencanaan
Diagnosa
Keperawatan I
Nyeri
berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak
meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang).
Intervensi:
-
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
-
Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan
-
Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan cedera
-
Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan analgesik non narkotik
(tramadol)
Semua
tindakan ini dilakukan sesuai dengan teoritis dan sesuai dengan kondisi klien
serta sarana yang ada rumah sakit.
Adapun
perencanaan yang tidak penulis lakukan pada Tn. F dan perencanaan tersebut terdapat pada teori
adalah :
a. Beri penguatan informasi pasca operasi
termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe
prospese bila tepat ( segera, lambat), harapan tindakan pasca operasi,
termasuk control nyeri dan rehabilitasi
b. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan
hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/
peran fungsi yang biasanya.
c. Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Berikan kesempatan untuk memandang/ merawat puntung menggunakan waktu untuk
menunjukan tanda positif penyembuhan.
d.
Dorong/berikan kunjungan orang-orang yang telah diamputasi, khususnya seorang
yang telah diamputasi.
Diagnosa
keperawaratan III
Kurang
pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang
mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering
bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
Intervensi:
-
Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapi
fisik bila diindikasikan
-
Buat daftar aktivitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan
-
Identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat
Semua
tindakan ini dilakukan sesuai dengan kondisi klien dan sarana yang ada rumah
sakit
Adapun perencanaan yang tidak
penulis lakukan pada Tn. F dan
perencanaan tersebut terdapat pada teori adalah :
a.
Intruksikan perawatan balutan/luka, inspeksi puntung menggunakan cermin untuk
semua semua area, pijat kulit, dan tutup puntung dengan tepat.
b.
Tunjukkan perawatan alat prostesi. Tekankan pentingnya pemeliharaan rutin/
pemasangan ulang periodic.
c.
tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat.
d.
Anjurkan penghentian merokok.
4.4
Pelaksanaan
Adapun perencanaan yang dilakukan
pada Tn. F dengan diagnosa keperawatan yang dijumpai pada kasus adalah :
Diagnosa
Keperawatan I
Nyeri
berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak
meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang).
Implementasi:
-
meniggikan dan menyokong puntung dengan menggunakan bantal
-
mengkaji skala nyeri klien dengan cara memberikan pilihan tingkatan derajat
nyeri skala nyeri 5 (sedang)
-
Membantu klien untuk diskusi dengan masalah yang di alaminya dengan cara
bertanya kepada klien akan keadaannya.
-
Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi(tramadol 50 mg/ 5 jam)
Dianosa
keperawatan II
Gangguan
mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai
dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di
kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu
oleh keluarga dan perawat.
Implementasi:
-
Mengkaji derajat imobilitas dengan cara menyarankan klien untuk menggerak
puntungnya
-
Membantu klien untuk melakukan personal hygnie dengan cara menjelaskan manfaat
dari personal hygine
-
Menganjurkan dan membantu klien menggerakkan kaki yang sakit maupun yang tidak
sakit dengan cara membuat jadwal latihan.
-
Memberi bantuan dalam mobilitas dengan kursi roda dengan cara menjelaskan
teknik kerja kursi roda..
-
Mengkaji vital sign,TD:130/80mmHg,HR:82 x/I,RR:22 x/I,Themp:37 oC
Diagnosa
keperawaratan III
Kurang
pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang
mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering
bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
Implementasi:
-
Mengkaji ulang patologi dan harapan yang akan datang
-
Memberi penjelasan metode mobilitas dan ambulasi sesuai dengan terapi yang di
berikan
-
Membuat daftar aktifitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan dengan cara membuat jadwal aktivitas klien.
-
Mengindentifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat dengan cara
bertanya kepada klien dan keluarga
-
Melatih klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan bawah
4.5
Evaluasi
Adapun Diagnosa Keperawatan yang masalahnya
teratasi sebagian adalah :
Diagnosa
Keperawatan I
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan
klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang)
Evalasi:
S:
klien mengatakan nyeri pada kaki kirinya sudah mulai berkurang.
O:
klien tampak sudah mulai tenang skala nyeri 5 (sedang)
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Rencana tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan
-
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
-
Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan
-
Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan cedera
-
Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan analgesik non narkotik
(tramadol)
Diagnosa
keperawatan II
Gangguan
mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai
dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di
kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di
bantu oleh keluarga dan perawat.
Evaluasi:
S:Klien
mengatakan hanya mampu sedikit menggerakkan puntungnya.
O:Kondisi
baik dan mampu sedikit menggarakkan puntungnya.
A:Masalah
sebagian teratasi.
P:Rencana
tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan.
-
Kaji derajat imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatikan
persepsi klien terhadap imobilitas
-
Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif pada ekstremitas
yang sakit dan yang tidak sakit
-
Bantu / dorong peran diri/ kebersihan (contoh :mandi, mencukur)
-
Beri bantu dalam mobillitas dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin
-
Awasi TD dengan melakukan aktifitas
Adapun
Diagnosa Keperawatan yang masalahnya sudah teratasi adalah :
Diagnosa
keperawatan III
Kurang
pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang
mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering
bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
Evaluasi:
-Kaji
ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang
-
Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapi
fisik bila diindikasikan
-
Buat daftar aktivitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan
-
Identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat
-
Dorong klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Amputasi
adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatic.
Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan post op amputasi di perlukan proses perawatan yang
komprehensif yang meliputi aspei hio, psiko, sosial, spiritual dengan
mengikutkan klien dan keluarga klien di dalamnya.
5.1.1
Pengkajian
Setelah melakukan pengkajian mulai
tanggal 25-27 November 2010 pada Tn. F diRuang Rindu B-3 RSUP H. Adam Malik
Medan, penulis menemukan masalah mengenai :
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di
tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5
(sedang)
2.
Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di
tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban
elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas
klien di bantu oleh keluarga dan perawat.
3.
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien
mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak
bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
5.1.2
Diagnosa Keperawatan
Setelah
melakukan pengkajian mulai tanggal 25-27 November 2010 pada Tn. F diRuang Rindu
B-3 RSUP H. Adam Malik Medan, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu :
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di
tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5
(sedang)
2.
Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di
tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban
elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas
klien di bantu oleh keluarga dan perawat.
3.
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien
mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak
bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
5.1.3
Perencanaan
Setelah melakukan pengkajian pada
Tn. F diRuang Rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan yang dimulai tanggal 25-27
November 2010 penulis melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan masalah
yang dihadapi klien yaitu:
Diagnosa
keperawatan I
Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf yaitu:
-
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
-
Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan
-
Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan cedera
-
Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan analgesik non narkotik
(tramadol)
Diagnosa
Keperawatan II
Gangguan mobilitas fisik berhungan
dengan nyeri yaitu:
-
Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif pada ekstremitas
yang sakit dan yang tidak sakit
-
Bantu / dorong peran diri/ kebersihan (contoh :mandi, mencukur)
-
Beri bantu dalam mobillitas dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin
Awasi
TD dengan melakukan aktifitas
Diagnosa
keperawaratan III
Kurang pengetahuan tentang kondisi
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi
-
Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapi
fisik bila diindikasikan
-
Buat daftar aktivitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan
-
Identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat
-
Dorong klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah
5.1.4
Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan penulis
pada Tn. F diruang rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan sesuai dengan rencana
tindakan yang sudah disusun sebelumnya dan disesuaikan dengan sarana dan
fasilitas Rumah sakit RSUP H. Adam Malik Medan adalah :
Diagnosa
Keperawatan I
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak
meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang).
Implementasi:
-
meniggikan dan menyokong puntung dengan menggunakan bantal
-
mengkaji skala nyeri klien dengan cara memberikan pilihan tingkatan derajat
nyeri skala nyeri 5 (sedang)
-
Membantu klien untuk diskusi dengan masalah yang di alaminya dengan cara
bertanya kepada klien akan keadaannya.
-
Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi(tramadol 50 mg/ 5 jam)
Dianosa
keperawatan II
Gangguan
mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai
dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di
kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di
bantu oleh keluarga dan perawat.
Implementasi:
-
Mengkaji derajat imobilitas dengan cara menyarankan klien untuk menggerak
puntungnya.
-
Membantu klien untuk melakukan personal hygnie dengan cara menjelaskan manfaat
dari personal hygine
-
Menganjurkan dan membantu klien menggerakkan kaki yang sakit maupun yang tidak
sakit dengan cara membuat jadwal latihan.
-
Memberi bantuan dalam mobilitas dengan kursi roda dengan cara menjelaskan
teknik kerja kursi roda..
-
Mengkaji vital sign,TD:130/80mmHg,HR:82 x/I,RR:22 x/I,Themp:37 oC
Diagnosa
keperawaratan III
Kurang pengetahuan tentang kondisi
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit
yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit
yang dideritanya.
Implementasi:
-
Melatih klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan bawah dengan
cara menjadwal waktu latihan
-
Mengkaji ulang patologi dan harapan yang akan datang
-
Memberi penjelasan metode mobilitas dan ambulasi sesuai dengan terapi yang di
berikan
-
Membuat daftar aktifitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan dengan cara membuat jadwal aktivitas klien.
-
Mengindentifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat dengan cara
bertanya kepada klien dan keluarga
5.1.5
Evaluasi
Setelah penulis melakukan pengkajian
dan menganalisa data Tn. F dengan post
op amputasi atas lutut sinistra diruang Rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan
mulai tanggal 25-27 november 2010.
Adapun
Diagnosa Keperawatan yang masalahnya teratasi sebagian adalah :
(Gangguan
rasa nyaman nyeri, Gangguan mobilitas fisik)
Adapun
Diagnosa Keperawatan yang masalahnya sudah teratasi adalah :
(Kurang
pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan)
5.2
Saran
5.2.1
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan makalah ini dapat menjadi
pedoman bagi perawat dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan dengan post op amputasi atas lutut sinistra.
5.2.2
Bagi Institusi
Diharapkan
dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama
di Akademi Keperawatan, dan menjadi bahan tambahan bacaan dan
pengetahuan bagi mahasiswa/i Akademi Keperawatan.
5.2.3
Bagi Perawat
Seiring dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat kontemporer saat
ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat
memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat
kontemporer menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi
perawatan.
Perawat hendaknya perlu meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan guna mengembangkan hubungan interpersonal yang akrab
dan terbuka antara perawat, klien dan keluarga khususnya di ruang Rindu B-3
RSUP H. Adam Malik Medan dan diharapkan
kepada perawat memberikan health education kepada klien dan keluarga tentang
amputasi atas lutut sinistra.
5.2.4
Bagi Klien
Di harapkan pada Tn.F bisa
melaksanakan semua intruksi dan anjuran dokter dan perawat untuk kesembuhan
penyakitnya
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama : Tn. F Diagnosa : Post op Amputasi
Umur : 15 Tahun
AL Sinistra
Ruangan : Rindu B-3
Hari Pertama : Kamis, 25 nov 2010
Hari/
tanggal
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Jumat, 25
nov 2010
|
Diagnosa
Keperawatan I
|
14.20
14.35
14.50
18.00
18.15
|
-
Meniggikan dan menyokong puntung dengan menggunakan satu bantal
-
Mengkaji skala nyeri klien dengan cara memberikan pilihan tingkatan derajat
nyeri skala nyeri 5 (sedang)
-
Membantu klien untuk diskusi dengan masalah yang di alaminya dengan cara
bertanya kepada klien akan keadaannya.
-
Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi (tramadol 50 mg/ 5jam)
dan Antibiotik (cefotaxim 1gr/ 12 jam)
asam
mefenamat 250 mg/ 3xsehari
|
S: klien
mengatakan nyeri pada puntungnya sudah mulai berkurang setelah di suntik anti
nyeri
O: klien
tampak meringis kesakitan, skala nyeri 5 (sedang)
-
Injek yang di berikan (tramadol 50 mg) satu jam yang lalu
A: Masalah
belum teratasi.
P: Rencana
tindakan dilanjutkan
-
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
-
Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan
Berikan obat
sesuai dengan indikasi
|
Diagnosa
Keperawatan II
|
14.20
14.35
16.35
17.30
|
-
Mengkaji derajat imobilitas dengan cara menyarankan
klien untuk
menggerak puntungnya
-
Menganjurkan dan membantu klien menggerakkan kaki yang sakit maupun yang
tidak sakit
-
Memeriksa TD 130/80 mmHg setelah menggerakkan puntung
-
Membantu klien untuk melakukan personal hygnie dengan cara menjelaskan
manfaat dari personal hygine
-
Memeriksa TD 130/70 mmHg setelah
personal hygine
-
Memberi bantuan dalam mobilitas dengan kursi roda dengan cara menjelaskan
teknik kerja kursi roda..
-
Memeriksa TD 130/90 mmHg setelah dari kursi roda
|
S:Klien
mengatakan badan terasa lemas.
O:Kondisi
badan lemah dan tampak lesu.
Aktifitas klien di bantu oleh perawat
A:Masalah
belum teratasi.
P:Rencana
tindakan dilanjutkan
- Kaji
derajat imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/ pengobatan.
-
Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif dan pasif
-
Bantu / dorong peran diri/ kebersihan klien
- Beri
bantu dalam mobillitas klien
-
Awasi TD dengan melakukan aktifitas
|
|
Diagnosa
Keperawatan III
|
15.00
17.20
17.30
|
-
Memberi penjelasan metode mobilitas dan ambulasi dengan cara mengajarkan
latihan rentang gerak pasif dan aktif
-
Membuat daftar aktifitas ringan dimana klien dapat melakukan secara mandiri
yaitu (menggosok gigi di atas tempat tidur, memakai baju diatas tempat tidur)
-
Melatih klien untuk melanjutkan latihan untuk sendi di atas dan bawah dengan cara membantu puntung klien untuk
menggerakkan dengan pasif yaitu (kontraksi,reflleksi)
|
S:klien
mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya
O:klien
tampak selalu bertanya tentang penyakitnya kepada perawat
A:masalah
belum teratasi
P: rencana
tindakan dilanjutkan
- Beri
penguatan metode mobilitas dan ambulasi
- Buat
daftar aktivitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan
-
Identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat
-
Dorong klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama : Tn. F Diagnosa : Post op Amputasi
Umur : 15 Tahun
AL Sinistra
Ruangan : Rindu B-3
Hari Kedua : Jumat, 26 nov
2010
Hari/
tanggal
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Jumat, 26
nov 2010
|
Diagnosa
Keperawatan I
|
14.20
14.35
18.00
18.15
19.00
|
-
Meniggikan dan menyokong puntung dengan menggunakan satu bantal
-
mengkaji skala nyeri klien dengan cara memberikan pilihan tingkatan derajat
nyeri skala nyeri 5 (sedang)
-
Memberi obat antibiotic (cefotaxim 1mg / 12 jam)
-
Memberi obat analgesic asam mefenamat 250 mg / 3xsehari
-
Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi (tramadol ) 50 mg / 5jam
|
S: klien
mengatakan nyeri pada puntungnya sudah mulai berkurang setelah di suntik
O: klien
tampak sudah mulai tenang skala nyeri 5 (sedang)
A: Masalah
sebagian teratasi.
P: Rencana
tindakan dilanjutkan
-
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
-
Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan
-
Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan analgesik non
narkotik
|
Diagnosa
Keperawatan II
|
14.20
14.35
16.35
18.00
|
-
Memeriksa derajat imobilitas klien dengan cara menggerakkan kaki yang sakit
-
Menganjurkan dan membantu klien menggerakkan kaki yang sakit maupun yang
tidak sakit dengan gerakan yang sederhana (refleksi dan kontraksi)
-
Memeriksa TD 130/90 mmHg setelah melakukan pergerakan
-
Membantu klien untuk melakukan personal hygnie
-
Memeriksa TD 130/90 mmHg setelah klien personal hygine
-
Memberi bantuan kepada klien dalam mobilitas dengan menggunakan kursi roda
tuk menghirup udara segar keluar ruangan
-
Memerksa TD 130/90 mmHg setelah klien pindah tempat dari kursi roda ke tempat
tidur
|
S:Klien
mengatakan tidak bisa memindahkan puntungnya.
O:Kondisi
badan lemah dan tampak lesu.
-
Perawat membantu Klien untuk memenuhi mobilitas
A:Masalah
belum teratasi.
P:Rencana
tindakan dilanjutkan
- Kaji
derajat imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/ pengobatan.
-
Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif dan pasif
-
Bantu / dorong peran diri/ kebersihan
- Beri
bantu dalam mobillitas
-
Awasi TD dengan melakukan aktifitas
|
|
Diagnosa
Keperawatan III
|
15.00
15.15
|
-
Membantu klien dalam metode mobilitas dan ambulasi dengan cara menggerakkan
puntung klien secara pasif
-
Melatih klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan bawah
dengan gerakan rotasi dan konraksi
|
S:klien
mengatakan sudah lebih mengetahui tentang penyakitnya
O:klien
tampak tenang, dan frekuensi bertanya berkurang
A:masalah
sebagian teratasi
P: rencana
tindakan dilanjutkan
- Beri
penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapi fisik
bila diindikasikan
-
Dorong klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama : Tn. F Diagnosa : Post op Amputasi
Umur : 15 Tahun
AL Sinistra
Ruangan : Rindu B-3
Hari Ketiga : sabtu, 27 nov
2010
Hari/
tanggal
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
sabtu, 27
nov 2010
|
Diagnosa
Keperawatan I
|
14.20
14.35
15.00
18.00
18.15
20.00
|
-
meniggikan dan menyokong puntung klien dengan menggunakan satu bantal
-
mengkaji skala nyeri klien dengan cara memberikan pilihan tingkatan derajat
nyeri skala nyeri 5 (sedang)
-
Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi (tramadol 50 mg/ 5 jam)
-
Memberi obat antibiotik (cefotaxim 1gr/ 12 jam)
-
Memberi obat analgesik non narkotik asam mefenamat 250 mg/ 3x sehari
-
Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi (tramadol 50 mg/ 5 jam)
|
S: klien mengatakan
nyeri pada puntungnya sudah mulai berkurang setelah di beri suntikan melalui
infus.
O: klien
tampak sudah mulai tenang skala nyeri 5 (sedang)
-
Injeksi yang di berikan tramadol 50 mg/ 5jam
A: Masalah
sebagian teratasi.
P: Rencana
tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan
|
Diagnosa
Keperawatan II
|
14.20
14.35
16.35
17.30
17.45
|
-
Mengkaji derajat imobilitas dengan cara menggerak puntungnya
-
Menganjurkan dan membantu klien menggerakkan kaki yang sakit dengan cara
mengangkat kaki klien tuk mengatahui kekuatan maksimal
-
Membantu klien untuk melakukan personal hygniene
-
Memeriksa TD 130/80 mmHg setelah klien melakukan personal hygine
-
Memenuhi kebutuhan klien sehari-hari dengan mengambilkan diet
|
S:Klien
mengatakan hanya mampu sedikit menggerakkan puntungnya.
O:Kondisi
baik dan mampu sedikit menggarakkan puntungnya.
A:Masalah
sebagian teratasi.
-
P:Rencana tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan.
|
|
Diagnosa
Keperawatan III
|
15.00
|
-
Menghitung metode mobilitas dan ambulasi dengan cara membantu klien untuk
pergerakan pasif (kontraksi dan relaksasi)
-
Melatih klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan bawah
dengan gerakan rotasi dan relaksasi
|
S:klien
mengatakan sudah lebih mengetahui tentang penyakitnya
O:klien
tampak tenang, dan frekuensi bertanya berkurang
A:masalah
teratasi
P: rencana
tindakan dihentikan
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddath, 2002, Buku Ajaran Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 3, Jakarta: EGC
Doengoes E Marlyin, 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: pedoman untuk perencanaan. Yakarta: EGC
Jakart Laksmana, 2005, Kamus Kedokteran, djambatan,
Jakarta:EGC
Mansjoer Arief,2000. Kapita selekta kedokteran,
jakarta: Media Aesculapius
Pearce, C Evelyn,2000. Anatomi Fisiologi untuk Para
Medis, Jakarta: EGC
Priharjo, Roberto,2000.Pengkajian Fisik Keperawatan,
Jakarta: EGC
Syaifudin,2000. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan, Jakarta: EGC
Wikinson, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
edisi 7
Materi askepnya lengkap banget.. makasih gan atas informasinya dan saya ijin kopi ya... Maju terus keperawatan indonesia..
BalasHapus